Penegakkan Khilafah sebagai Janji Allah

Penegakkan Khilafah sebagai Janji Allah

Islam tidak akan dapat diterapkan secara paripurna kecuali dengan media khilafah. Penerapan syariah adalah suatu kewajiban dan hal itu tidak akan dapat dicapai kecuali dengan media khilafah, maka pengadaan khilafah itu menjadi wajib. Demikian kaidah ushuliyah berbunyi:"Sebuah kewajiban yang tidak bisa terwujud kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu adalah wajib." Keadaan umat menjadi tidak menentu bahkan tidak berarti di mata blok kafir manakala mereka tidak mempunyai institusi khilafah yang dapat melindungi kepentingan umat. Pada saat blok kafir (baca: Inggris dan sekutunya) di awal abad ke-19 tidak berhasil menanam Israel di Palestina, karena khalafah Abdul Hamid secara tegas menolak sejengkal tanah pun diserahkan kepada Israel, mereka merekayasa untuk menjatuhkan khilafah Utsmaniyah dengan menanam Musthafa Kemal Attaturk dan berhasil menyingkirkan institusi khilafah tahun 1924. Sejak itu perjuangan umat berubah menjadi kelompok-kelompok dan jamaah-jamaah. Masing-masing berusaha untuk mengembalikan khilafah yang hilang itu dengan menempuh berbagai jalan. Ada yang menggunakan jalan politik, ada jalan pendidikan, ada jalan ekonomi, dan ada jalan kekuatan militer. Kesemuanya itu belum menunjukkan keberhasilannya, sementara jalan Allah untuk memberikan khilafah itu sebagai suatu kepastian, maka apa kesalahan yang terjadi? Kita perlu menelusuri dan mencari solusinya. Makalah di bawah ini sebagai upaya kecil untuk mengungkap masalah besar ini.

Janji Allah dan Rasul-Nya

Roger Garaudi menggunakan subjudul ini sebagai judul bukunya yang sangat laris itu. Setiap muslim berharap memperoleh janji Allah, karena itu sebagai karunia besar. Tetapi, hal itu perlu memenuhi persyaratannya. Khilafah adalah bagian dari janji-janji Allah yang pasti diberikan manakala terpenuhi persyaratannya. Allah SWT berfirman:

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akanmenukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nuur: 55).

Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Allah memberikan janji kepada Rasulullah saw. akan memberikan kepada umatnya khalifah-khalifah di muka bumi. Yaitu, para pemimpin negara yang menyejahterakan umat dengan menegakkan keamanan dan hukum. Janji itu telah diperoleh Rasulullah saw. dan diprediksikan Nabi akan diperoleh oleh sahabatnya dan umat berikutnya.

"Masa kenabian akan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya, bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Lalu datanglah masa khilafah (yang berdiri) di atas manhaj Nabi dan akan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya, bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Setelah itu datanglah masa raja yang menggigit (di dalamnya terjadi kezaliman) dan akan berlangsung (dalam waktu) yang Allah kehendaki, Allah akan mengangkatnya bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian setelah itu datanglah masa raja yang memaksa dan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan datanglah setelah itu khilafah atas manhaj nabi, kemudian nabi diam." (HR Ahmad, Al-Haitsami, Tabrani dengan sanad sahih).

Jadi, khilafah itu terjadi sesuai dengan janji Allah SWT dan prediksi Rasulullah saw. Namun demikian, khilafah itu tugasnya adalah menegakan agama dan dilaksananakan oleh orang Quraisy, seperti sabda Rasululalh saw.

"Din ini akan terus tegak sampai datangnya 12 khalifah dari Quraisy kemudian keluarlah orang-orang pendusta menjelang hari kiamat." (HR Bukhari, Muslim, Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majah).

Mengapa persyaratan itu harus dari orang Qurasy? Karena, mereka menegakkan agama dan keadilan.

"Sesungguhnya persoalan ini terdapat dalam orang Quraisy, tidak seorang pun yang menyelisihi mereka kecuali Allah akan … wajahnya selama mereka menegakkan din." (HR Bukhari dari Mu'awiyah).

"Para imam itu dari Quraisy. Mereka mempunyai hak atas kalian seperti (imam), bila mereka diminta agar berkasih sayang, mereka berkasih sayang. Bila mereka berjanji, mereka menepati dan bila mereka menghukum, mereka menghukum dengan adil. Barang siapa di antara mereka tidak mengerjakan hal tersebut, maka Allah, malaikat, dan semua manusia akan memberkan laknat." (HR An-Nasai, Al-Haitsami dan berkata para perawinya tsiqat [terpercaya]). Apabila persyaratan Quraisy tidak terpenuhi, minimal persyaratan iman, amal saleh, dan penegakan keadilan dijalankan dengan benar.

"Wahai seluruh kaum Quraisy, sesungguhnya kalian pemilik persoalan ini, selama kalian tidak bermaksiat kepada Allah. Bila kalian bermaksiat kepada-Nya, Allah akan mengutus kepada kalian orang yang menguliti kalian sebagaima pedang yang tajam ini menguliti." (HR Al-Haitsami, Thabrani, dan Abu Ya'la)

Jalan Menuju Khilafah

Khilafah sebagai suatu kepastian, dan harus diupayakan sebagai asbab. Selama prosesnya benar, insya Allah outputnya akan benar.

Bila kita memperhatikan proses yang dilakukan oleh Rasulullah saw., kita dapatkan penanaman keimanan menjadi prioritas utama dan sekaligus pelaksanaan amaliah yang menyatu. Karena itu, para sahabat berkata, "Kami diberi iman sebelum Alquran."

Dengan iman yang kuat, terbangunlah pribadi kokoh yang siap berkorban untuk selalu menapaki ash-shiratal mustaqim. Penyakit yang paling banyak menggerogoti iman dan amal saleh adalah kezaliman dan kebodohan. Kezaliman melahirkan kebejatan, seperti yang dicontohkan oleh kaum Yahudi, dan kebodohan menghasilkan bid'ah, yaitu bid'ah seperti yang dicontohakn kaum Nasrani. Kedua hal itu melahirkan firqah-firqah yang kita diperintahkan untuk menghindarinya. Firman Allah SWT,

"Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain). Karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (Al-An'am: 153).

Rasulullah saw. bersabda, "Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. Sementara Nashrani terpecah menjadi 72 golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda, "Mereka adalah apa yang saya dan para sahabat hari ini berada." (HR Ibnu Majah, Tirmizi, dan lainnya).
Kita tidak boleh putus asa atau hanya bersifat pasif menunggu, tetapi kita harus berbuat semampu kita agar kita termasuk kelompok ath-thaifah al-manshurah (kelompok yang ditolong).

"Akan terus ada dari umatku yang menegakkan kebenaran, orang-orang yang menelantarkannya tidak membahayakan dirinya, tidak pula orang-orang yang menyelisihi mereka sampai hari kiamat, (dan dalam sebuah riwayat) sampai datang perkata Allah mereka tetap seperti itu." (HR Syaikhani).

Itulah mereka yang menapaki manhaj salafus saleh, semoga kita bersama mereka di dunia dan di akhirat. Wallahu a'lam bish-shawab. alislam.or.id

 
Belajar Gitar dan Komputer © All content Copyright@Jinkurakura.blogspot.com Thank's to Blogger'SPhera Keatas